Ulah Si Meong

Satu bulan belakangan ini seekor kucing berkeliaran dengan bebas di kostan saya. Saking bebasnya sampai membuat pusing penjaga dan Bibi kost. Dia tampaknya sedang tidak sehat karena suka pup sembarangan. Berbeda dengan pup kucing yang pernah saya lihat, pup kucing di kostan saya ini berbentuk cairan (tidak perlu dibayangkan).  Dini hari tadi pas saya mau ke WC, sandal saya kena pupnya. Huh, kucing..kucing.. kamu kok seneng bikin kesel ya. Mau tidak mau akhirnya saya langsung mencuci sandal saya itu. Hhhh, jijik ya. Baunya itu lho, ga nahan, iiuuuuuu

Paginya saat bertemu Bibi kost saya cerita kalau pas mau ke WC saya menginjak pup kucing. Kata Bibi, ini bukan pertama kalinya kucing itu (sebut saja Meong) pup sembarangan. Ini sudah yang kesekian kali Bibi harus mencuci keset dengan tumpahan pupnya. Baunya sangat kuat sampai-sampai membuat Bibi sering mual dan hampir muntah dIbuatnya. Kasihan Bibi, akhirnya beliau minta tolong kami untuk tidak menggelar keset di depan kamar sebagai pencegahan si Meong berulah dengan pupnya.

Visualisasi Gambaran Si Poni (bukan yang sebenarnya)

Pertama kali saya tinggal di kost ini tahun 2005 yang lalu, Ibu kost saya memelihara kucing jenis Persia warna hitam. Kucing itu diberi nama Poni. Si Poni ini adalah pejantan yang amat sangat digemari oleh banyak kucing-kucing betina  di sekitar kost. Tak jarang saya memergoki Poni sedang berhubungan dengan kucing kampoug betina di dekat genteng. Waktu terus berlalu, Poni berlaku manis terhadap majikan dan para penghuninya. Ketika mau pup dia pasti menjauh untuk mencari tempat yang aman. Umur Poni ternyata sudah tua untuk kucing, karenanya pada tahun 2009 dia sudah mulai sakit-sakitan. Tidak mau makan (makanannya ikan kukus) dan terkadang pup sembarangan. Majikannya (Ibu-bapak kost) mulai kesal dengantingkah laku Poni. Tidak lama, Poni pun menghilang dari rumah hingga akhirnya tidak kembali. Kalau kata Ibu kost, kemungkinan besar sudah mati. Selang beberapa waktu setelah Poni pergi dan tidak kembali ke rumah kost, saya beberapa kali melihat ada anak kucing dengan tipikal bulu yang seperti Poni saat berjalan menyusuri gang menuju kostan. Tampaknya itu adalah anak turunan Poni dengan kucing kampung yang ada di sekitar kost. Tidak hanya satu saya temui yang seperti itu, ada lebih dari 3 kalau tidak salah. Nah, Meong yang sekarang berkeliaran di kostan juga memiliki tipikal yang sama, bulunya agak mirip kucing Persia dan warnanya coklat tua kehitaman. Saya pastikan itu salah satu turunan Poni (bisa jadi cucunya).

Pup kucing baunya sangat menyengat dan pastinya membuat perut mual dan memancing rasa ingin muntah. Jika ditilik lebih lanjut, kucing itu makanannya ikan dicampur nasi, tulang ayam, dan sejenisnya. Terus itu baru kotorannya, belum bangkainya. hii

pemakaman

Saya jadi terbayang, bagaimana dengan manusia ya yang notabenenya omnivore (pemakan segala), pupnya pasti jauh lebih bau dan kalau sudah jadi bangkai akan lebih dahsyat aromanya. Padahal ketika masih hidup segala yang ada di bagian luar berusaha ditampilkan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan baju bagus, memakai minyak wangi, berdandan supaya cantik / ganteng dan sebagainya. Hakikatnya manusia di dunia itu adalah makhluk berisikan daging dan kotoran yang lalu dilapis oleh kulit serta ditutupi kain. Manusia bisa hidup dan beraktivitas karena adanya software yaitu ruh yang suatu saat akan off. Saat off tersebut maka jasad ya tinggal jasad, kaku dan sunnatullahnya akan busuk. Kalau sudah seperti itu saya jadi tidak ingin yang macam-macam, sekedarnya saja toh nanti juga melebur dengan tanah.  

Ajiib, gara-gara pup si Meong jadi mikir kemana-mana…

Bersegera

 

intinya ya banyak-banyak beramal sholeh waktu masih hidup, fastabiqul khairat (bersegera dalam kebaikan). Allahua’lam bishshowab

#RefleksiRamadhanHariKe8bagian2

 

Leave a comment