Menulis sebagai Terapi

Yup, keimanan saya sedang ada di titik yang rendah, kondisi yang cenderung lemah walaupun sadar itu tidak baik dan wajib bangkit. Ketidakfokusan saya terhadap Yang Maha Kuasa berdampak pada keadaan yang demikian. Astaghfirullah.. saya tidak suka saya yang seperti ini

Puji syukur saya masih diberi kesempatan untuk merasakan anugrah kehidupan..

Pagi ini saya browsing di google dengan keyword ‘cara menawarkan naskah buku ke penerbit’. Muncul banyak link dan saya mengklik link yang kedua dan tersambung pada alamat ini. Saya baca tips yang ditawarkan. Lalu entah mengapa jari saya iseng mengklik menu ‘how to’ yang ada pada web tersebut. Bukan suatu yang kebetulan ya ini terjadi, saya yakin dengan konsep itu, absolutely agree..

Ada sebuah artikel di ‘how to’ yang berjudul “Terapi Psikologi dengan Menulis”. Baru kemarin senin (15 Juli 2013) tulisan itu di-upload, jadi artinya masih fresh. Saya jadi teringat beberapa waktu yang lalu selesai shalat berjama’ah dengan Mama dan Adik kami diskusi santai berkenaan dengan kegalauan. Secara definisi (berdasarkan pemahaman kami), galau adalah suatu kondisi dimana jiwa dalam keadaan yang tidak tenang (resah). Berbagai faktor baik internal (baca: kualitas ibadah) maupun eksternal (lingkungan) dapat mendorong terciptanya kondisi galau. Tapi intinya kegalauan itu muncul karena ada yang salah pada hubungan seorang hamba dengan Tuhannya, Allah SWT.  Jadilah kami menyimpulkan,  apapun itu mau tidak mau harus dan wajib hukumnya untuk taubat serta mendekat pada Yang Maha Kuasa dengan berbagai cara. Adik saya yang sekarang sedang menjadi mapro Psikologi di UI mengungkapkan, selain usaha perbaikan berupa taubat dan segera mendekat pada Yang Maha Kuasa ada baiknya juga melakukan upaya untuk merefleksi dan mendokumentasikan kondisi jiwa melalui media tulisan. Bisa dikatakan seperti menulis diary.  Menjadi menarik tatkala aktivitas ‘pencurahan’ tersebut dilakukan. Secara tidak langsung ini dapat menjadi sarana pengalihan yang positif dan penyugesti diri untuk move on. Ajaib..

Akibat membaca artikel mengenai terapi psikologi dengan menulis, saya yang memang sekarang bisa dikatakan sedang galau jadi penasaran untuk mencoba dan akhirnya saya menulis J. Melalui tulisan, saya menjadi seakan-akan dituntun untuk introspeksi diri, sungguh nikmat rasanya. Benar sekali, tulisan memang bisa membawa dampak pada yang membaca pun penulisnya sendiri.

Image

Saya berprasangka baik bahwa semua ini merupakan hidayah yang datang dan menyapa agar saya kembali ingat pada tujuan dan hakikat hidup. Karunia ini bisa jadi juga karena do’a Ibu dan Bapak saya di tiap waktunya. Alhamdulillah..  Tidak ada alasan untuk tidak bersyukur walau dalam keadaan yang sempit sekalipun.

#RefleksiRamadhanHariKe8

Leave a comment